Ikhlas merupakan kerelaan sepenuh
hati dalam berbuat dan memberikan hasilnya tanpa paksaan sedikitpun dan tanpa
mengharapkan imbalan dari siapapun hanya semata-mata demi Tuhan yang
menciptakannya. Betapa banyak pekerjaan yang tidak dilakukan dengan landasan
keikhlasan, alhasil beban pikiran dan masalah demi masalah pasti selalu
mengiringi setiap pikiran si pelaku. Jangan takut, sedikit banyak hal yang
membuat hati sesak kalaulah kita berlaku ikhlas, mudah-mudahan pekerjaan yang
dilakukan dengan hati yang tulus tidak akan pernah luput mendapati hadiah
terindah dari Sang Pencipta. Karena sesungguhnya Dia melihat dari lubuk hati
manusia bukan dari tampilan perbuatannya.
Seribu Tetes Keikhlasan adalah Seluas
Air Samudera. Mungkin sebait kata ini yang menjadi judul artikel yang ditulis
ini yang bisa mencerminkan sebuah sejarah yang pernah terjadi di mana sejarah
itu adalah cerita hidup yang diambil dari seorang guru mengaji yang mengajarkan
anak didiknya tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun yang jarang sekali kita
temukan seorang guru dalam keadaan seperti itu di sekitar kita. Nama guru itu
sebut saja dengan Bapak Abdul, bertahun-tahun ia hidup dalam kemiskinan bersama
istrinya tercinta dan jauh dari kesederhanaan namun tetap memiliki hati emas.
Subhanallah, bagaimana wujud hati emasnya itu? Dialah Bapak Abdul yang
kesehariannya mengajarkan anak-anak di
kampungnya membaca Al-Qur’an (mengaji) setiap hari. Sedikitpun tidak pernah
terlintas dalam pikirannya untuk meminta bayaran dari anak-anak didiknya,
sekalipun barang sembako sebagai pengganti pamrih-nya. Niatnya bisa diketahui
dari pernyataannya yang menyebutkan bahwa ia mengajar dengan tulus penuh kasih
sayang dan ia takut merepotkan orang banyak saat meminta suatu pamrih apapun.
Luar biasa!.
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,
Bapak Abdul dibantu istrinya dengan menjadi kuli cuci pakaian dengan upah yang
hanya cukup memenuhi kebutuhan makan mereka dalam sehari saja. Tidak hanya itu
saja kepedihan hidup yang dihadapi oleh
Bapak Abdul, ternyata Bapak Abdul yang sudah tua rentah ini juga pernah
memiliki seorang anak laki-laki, namun Subhanallah.. dengan keikhlasan hati Pak
Abdul mengatakan bahwa anaknya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, anak
yang merupakan satu-satunya harapan mereka. Tiba-tiba hentakan hati ini juga
menangis perih ikut merasakan apa yang dirasakan oleh kedua suami istri yang
sudah tua itu. Betapa terpukulnya hidup kita seandainya berada di posisi kedua
orang tua yang ditinggalkan seorang anak tunggal serta hidup dalam kekurangan.
Kembali dengan hati Bapak Abdul yang
mulia itu, mungkin saja dari kita tidak akan pernah sanggup menerima keadaan
seperti itu jika kita ditakdirkan di posisinya. Namun, jauh dari dugaan itu,
ternyata masih ada setitik cahaya di dalam laut yang sangat dalam yang mampu
menembus tujuh lapis langit di atas, yaitu hati Bapak Abdul yang ikhlas. Dengan
kedisiplinannya mengajarkan anak-anak didiknya mengaji dengan penuh ikhlas,
Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dan janji-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
bersabar. Sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar, termasuk Bapak Abdul
yang sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup yang perih jika kita rasakan yang
ditakdirkan untuknya.
Suatu hari, mungkin tanpa diduga oleh
Bapak Abdul, rezeki dan janji dari Allah pun ia dapatkan. Sebuah acara Bedah
Rumah dari salah satu stasiun televisi swasta mendatangi rumah Bapak Abdul yang
sangat tidak layak dihuni, rumah yang sudah usang dan bocor. Sekarang Bapak
Abdul mendapatkan rezeki berupa hadiah dari acara tersebut berupa rumah baru
yang jauh lebih layak. Sungguh merupakan berkah yang tidak diduga datangnya.
Hanya dengan seribu tetes air keikhlasan yang mungkin belum cukup memenuhi 1
ember air, ternyata mampu menghasilkan air yang tidak disangka-sangka banyaknya
seluas air di samudera.
SELAMAT HARI GURU :)
by ~ M. Akhirullah
by ~ M. Akhirullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar