Jika
mendengar kata Kebahagian, setiap telinga pasti mengidamkan hal tersebut bahkan
kalau bisa memungkinkan selamanya untuk merasakan hal tersebut meski terkadang
dalam kehidupan kita masih ada terlintas kata penderitaan baik yang bisa
dilihat secara terang-terangan maupun yang tidak kasat mata yang tersimpan rapi
di dalam hati. Kebahagian adalah bentuk kata benda yang bisa disebut sesuatu,
Kebahagian yang berasal dari kata dasar adjektif (bahagia) yang menunjukkan
suatu keadaan senang dan tentram di jiwa. Kebahagiaan adalah kesenangan dan
ketentraman, merupakan hal yang akan dicapai oleh setiap makhluk hidup di dunia
ini terutama manusia yang diberi kelebihan akal pikiran daripada makhluk
lainnya, ialah yang bisa merasakan hal se-detail
mungkin, manusia yang bisa mencampuradukkan rasa yang timbul menjadi
kondisi yang berbeda-beda pula, tidak terkecuali hewan dan tumbuhan mereka pun
membutuhkan kebahagiaan. Ketika merasakan kebahagian, apa yang kita rasakan?
tentu menyenangkan, bukan? Punya banyak uang, bisa makan enak, bisa berlibur ke
luar negeri, punya gadget mewah, dan
masih banyak lagi sumber kebahagiaan lainnya. Lalu dimanakah letak titik rasa
senang itu dapat dilihat? Tuhan menciptakan hati dengan berbagai macam tujuan,
yaitu untuk merasakan ketakutan, kegelisahan, sakit, galau, kebingungan,
pertimbangan, dan salah satunya itu adalah untuk merasakan rasa senang yaitu
bahagia.
Lantas bagaimana jika hati tidak mampu
merasakan kebahagiaan yang hakiki? Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan
yang sesungguhnya yaitu perasaan yang membuat hati tenang dan nyaman dalam
kondisi naik maupun turun. Adapula yang mengatakan bahagia itu adalah getaran
hati yang berbunga-bunga. Tidak semua insan bisa melatih hatinya untuk bisa
mecicipi rasa tersebut dalam keadaan apapun. Sulit memang, akan tetapi semua
bisa merasakan bahagia asalkan paham arah kebahagiaan itu diraih dalam keadaan
bagaimanapun. Masih banyak orang menganggap bahwa mencari kebahagiaan itu lebih
gampang dilakukan oleh orang yang berduit, orang yang bisa membeli kebahagian.
Apakah benar mereka yang berduit sudah pasti mendapatkan kebahagiaan yang
hakiki? Belum tentu.
Banyak yang mengatakan bahwa
kebahagiaan itu bisa didefinisikan dalam beberapa kondisi, contohnya bisa
dibaca lewat tulisan-tulisan status di sosial media, tulisannya seperti ini:
“Bahagia itu di saat kamu dan aku menjadi kita”, “Bahagia itu ketika melihat
cewek-cewek cantik”, adapula yang menuliskan “Bahagia itu saat dosenku memberi
tanda tangan skripsiku”, “Bahagia itu ketika kamu mencuri nomor handphone-ku”,
dan masih banyak versi alayers-alayers
lainnya.
Terkait soal kebahagiaan, ternyata
tidak sedikit orang merasakan penderitaan, termasuk Saya sendiri(penulis,
red.). Orang yang sedang mengalami kesedihan tentu rasanya sakit, kesedihan seseorang
bisa tampak dari raut muka, ada pula orang yang pintar menyimpan rasa sedih
mereka dengan tidak menunjukkan raut muka yang sedih pula. Banyak juga contoh
penderitaan yang dalam hal ini tidak perlu dijabarkan. Rasa sedih tentu
termasuk dalam golongan penderitaan, walau sedikit banyaknya kesedihan yang
dirasakan, namun mengintrospeksi diri itu perlu dilakukan bahkan merupakan hal
yang menjadi kebutuhan pokok untuk asupan obat hati sehingga pribadi bisa
mengenal kesalahan-kesalahan pola bersyukur, berpikir, berperilaku, berkata
yang mungkin pernah dilakukan terhadap diri pribadi, Tuhan atau kepada orang
lain.
Introspeksi atau dengan kata lain mempertanyakan kembali apakah ada
kemungkinan kesalahan diri baik terhadap diri sendiri, Tuhan, maupun orang lain.
Introspeksi itu adalah obat untuk kembali kepada hal kesembuhan yaitu kembali
dari rasa sakit menjadi normal, kembali dari hal buruk kemudian dirubah menjadi
hal yang baik. Ketika fisik merasakan rasa sakit seperti luka, memar, nyeri,
dan lain sebagainya juga perlu diobati agar kembali sembuh seperti semula.
Begitu juga halnya dengan hati ketika sedih, maka perlu diobati. Bila setiap
orang bisa belajar dari pengalaman pahit masa lalu, itu juga akan menjadi guru
yang mengajarkan hati menjadi manis sekarang dan seterusnya. Hati adalah organ
perasaan yang sangat sensitif, hati bisa mengendalikan segalanya. Jika hati itu
buruk, maka yang akan dikendalikannya itu akan buruk pula. Fisik akan cepat
berubah ketika kita larut dalam hati yang sakit, fisik juga akan menunjukkan
gerak-geriknya secara refleks ketika kesedihan di dalam hati muncul kembali,
walau terkadang rasa sedih itu tidak tampak lantas ditutupi dengan senyum manis
di bibir. Oleh karenanya, di manapun dan kapanpun kita merasakan derita,
mulailah untuk mengobatinya dengan merenungkan kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan yang secara tidak sadar kita lakukan sebelumnya. Lakukanlah
perenungan kesalahan setiap kesedihan datang, baik dengan cara bersyukur kepada
Tuhan, merubah pola dan sikap hidup menjadi lebih baik, dan melakukan ibadah
lebih baik lagi agar hati bisa menjadi baja yang sangat kuat saat diterpa
musibah kesedihan, sekuat baja menahan panasnya api yang membakar. Bukankah
Tuhan akan bersama orang-orang yang sabar dan suka mengintrospeksi? Jika Tuhan
sudah senang terhadap hamba-Nya yang suka merenungi kesalahannya dan selalu
memperbaikinya, bukankah Tuhan akan cinta dan memberikan balasan yang baik yang
bisa disebut bahagia? Tentu saja jawabannya YA :)
Be happy forever!!
Be happy forever!!
written by: M. Akhirullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar