Selasa, 02 September 2014

INTROSPEKSI MERAIH KEBAHAGIAAN


     Jika mendengar kata Kebahagian, setiap telinga pasti mengidamkan hal tersebut bahkan kalau bisa memungkinkan selamanya untuk merasakan hal tersebut meski terkadang dalam kehidupan kita masih ada terlintas kata penderitaan baik yang bisa dilihat secara terang-terangan maupun yang tidak kasat mata yang tersimpan rapi di dalam hati. Kebahagian adalah bentuk kata benda yang bisa disebut sesuatu, Kebahagian yang berasal dari kata dasar adjektif (bahagia) yang menunjukkan suatu keadaan senang dan tentram di jiwa. Kebahagiaan adalah kesenangan dan ketentraman, merupakan hal yang akan dicapai oleh setiap makhluk hidup di dunia ini terutama manusia yang diberi kelebihan akal pikiran daripada makhluk lainnya, ialah yang bisa merasakan hal se-detail mungkin, manusia yang bisa mencampuradukkan rasa yang timbul menjadi kondisi yang berbeda-beda pula, tidak terkecuali hewan dan tumbuhan mereka pun membutuhkan kebahagiaan. Ketika merasakan kebahagian, apa yang kita rasakan? tentu menyenangkan, bukan? Punya banyak uang, bisa makan enak, bisa berlibur ke luar negeri, punya gadget mewah, dan masih banyak lagi sumber kebahagiaan lainnya. Lalu dimanakah letak titik rasa senang itu dapat dilihat? Tuhan menciptakan hati dengan berbagai macam tujuan, yaitu untuk merasakan ketakutan, kegelisahan, sakit, galau, kebingungan, pertimbangan, dan salah satunya itu adalah untuk merasakan rasa senang yaitu bahagia.
       Lantas bagaimana jika hati tidak mampu merasakan kebahagiaan yang hakiki? Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan yang sesungguhnya yaitu perasaan yang membuat hati tenang dan nyaman dalam kondisi naik maupun turun. Adapula yang mengatakan bahagia itu adalah getaran hati yang berbunga-bunga. Tidak semua insan bisa melatih hatinya untuk bisa mecicipi rasa tersebut dalam keadaan apapun. Sulit memang, akan tetapi semua bisa merasakan bahagia asalkan paham arah kebahagiaan itu diraih dalam keadaan bagaimanapun. Masih banyak orang menganggap bahwa mencari kebahagiaan itu lebih gampang dilakukan oleh orang yang berduit, orang yang bisa membeli kebahagian. Apakah benar mereka yang berduit sudah pasti mendapatkan kebahagiaan yang hakiki? Belum tentu.
      Banyak yang mengatakan bahwa kebahagiaan itu bisa didefinisikan dalam beberapa kondisi, contohnya bisa dibaca lewat tulisan-tulisan status di sosial media, tulisannya seperti ini: “Bahagia itu di saat kamu dan aku menjadi kita”, “Bahagia itu ketika melihat cewek-cewek cantik”, adapula yang menuliskan “Bahagia itu saat dosenku memberi tanda tangan skripsiku”, “Bahagia itu ketika kamu mencuri nomor handphone-ku”, dan masih banyak versi alayers-alayers lainnya.
           Terkait soal kebahagiaan, ternyata tidak sedikit orang merasakan penderitaan, termasuk Saya sendiri(penulis, red.). Orang yang sedang mengalami kesedihan tentu rasanya sakit, kesedihan seseorang bisa tampak dari raut muka, ada pula orang yang pintar menyimpan rasa sedih mereka dengan tidak menunjukkan raut muka yang sedih pula. Banyak juga contoh penderitaan yang dalam hal ini tidak perlu dijabarkan. Rasa sedih tentu termasuk dalam golongan penderitaan, walau sedikit banyaknya kesedihan yang dirasakan, namun mengintrospeksi diri itu perlu dilakukan bahkan merupakan hal yang menjadi kebutuhan pokok untuk asupan obat hati sehingga pribadi bisa mengenal kesalahan-kesalahan pola bersyukur, berpikir, berperilaku, berkata yang mungkin pernah dilakukan terhadap diri pribadi, Tuhan atau kepada orang lain.
       Introspeksi atau dengan kata lain mempertanyakan kembali apakah ada kemungkinan kesalahan diri baik terhadap diri sendiri, Tuhan, maupun orang lain. Introspeksi itu adalah obat untuk kembali kepada hal kesembuhan yaitu kembali dari rasa sakit menjadi normal, kembali dari hal buruk kemudian dirubah menjadi hal yang baik. Ketika fisik merasakan rasa sakit seperti luka, memar, nyeri, dan lain sebagainya juga perlu diobati agar kembali sembuh seperti semula. Begitu juga halnya dengan hati ketika sedih, maka perlu diobati. Bila setiap orang bisa belajar dari pengalaman pahit masa lalu, itu juga akan menjadi guru yang mengajarkan hati menjadi manis sekarang dan seterusnya. Hati adalah organ perasaan yang sangat sensitif, hati bisa mengendalikan segalanya. Jika hati itu buruk, maka yang akan dikendalikannya itu akan buruk pula. Fisik akan cepat berubah ketika kita larut dalam hati yang sakit, fisik juga akan menunjukkan gerak-geriknya secara refleks ketika kesedihan di dalam hati muncul kembali, walau terkadang rasa sedih itu tidak tampak lantas ditutupi dengan senyum manis di bibir. Oleh karenanya, di manapun dan kapanpun kita merasakan derita, mulailah untuk mengobatinya dengan merenungkan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan yang secara tidak sadar kita lakukan sebelumnya. Lakukanlah perenungan kesalahan setiap kesedihan datang, baik dengan cara bersyukur kepada Tuhan, merubah pola dan sikap hidup menjadi lebih baik, dan melakukan ibadah lebih baik lagi agar hati bisa menjadi baja yang sangat kuat saat diterpa musibah kesedihan, sekuat baja menahan panasnya api yang membakar. Bukankah Tuhan akan bersama orang-orang yang sabar dan suka mengintrospeksi? Jika Tuhan sudah senang terhadap hamba-Nya yang suka merenungi kesalahannya dan selalu memperbaikinya, bukankah Tuhan akan cinta dan memberikan balasan yang baik yang bisa disebut bahagia? Tentu saja jawabannya YA :)
Be happy forever!!


written by:  M. Akhirullah

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 02 September 2014

INTROSPEKSI MERAIH KEBAHAGIAAN


     Jika mendengar kata Kebahagian, setiap telinga pasti mengidamkan hal tersebut bahkan kalau bisa memungkinkan selamanya untuk merasakan hal tersebut meski terkadang dalam kehidupan kita masih ada terlintas kata penderitaan baik yang bisa dilihat secara terang-terangan maupun yang tidak kasat mata yang tersimpan rapi di dalam hati. Kebahagian adalah bentuk kata benda yang bisa disebut sesuatu, Kebahagian yang berasal dari kata dasar adjektif (bahagia) yang menunjukkan suatu keadaan senang dan tentram di jiwa. Kebahagiaan adalah kesenangan dan ketentraman, merupakan hal yang akan dicapai oleh setiap makhluk hidup di dunia ini terutama manusia yang diberi kelebihan akal pikiran daripada makhluk lainnya, ialah yang bisa merasakan hal se-detail mungkin, manusia yang bisa mencampuradukkan rasa yang timbul menjadi kondisi yang berbeda-beda pula, tidak terkecuali hewan dan tumbuhan mereka pun membutuhkan kebahagiaan. Ketika merasakan kebahagian, apa yang kita rasakan? tentu menyenangkan, bukan? Punya banyak uang, bisa makan enak, bisa berlibur ke luar negeri, punya gadget mewah, dan masih banyak lagi sumber kebahagiaan lainnya. Lalu dimanakah letak titik rasa senang itu dapat dilihat? Tuhan menciptakan hati dengan berbagai macam tujuan, yaitu untuk merasakan ketakutan, kegelisahan, sakit, galau, kebingungan, pertimbangan, dan salah satunya itu adalah untuk merasakan rasa senang yaitu bahagia.
       Lantas bagaimana jika hati tidak mampu merasakan kebahagiaan yang hakiki? Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan yang sesungguhnya yaitu perasaan yang membuat hati tenang dan nyaman dalam kondisi naik maupun turun. Adapula yang mengatakan bahagia itu adalah getaran hati yang berbunga-bunga. Tidak semua insan bisa melatih hatinya untuk bisa mecicipi rasa tersebut dalam keadaan apapun. Sulit memang, akan tetapi semua bisa merasakan bahagia asalkan paham arah kebahagiaan itu diraih dalam keadaan bagaimanapun. Masih banyak orang menganggap bahwa mencari kebahagiaan itu lebih gampang dilakukan oleh orang yang berduit, orang yang bisa membeli kebahagian. Apakah benar mereka yang berduit sudah pasti mendapatkan kebahagiaan yang hakiki? Belum tentu.
      Banyak yang mengatakan bahwa kebahagiaan itu bisa didefinisikan dalam beberapa kondisi, contohnya bisa dibaca lewat tulisan-tulisan status di sosial media, tulisannya seperti ini: “Bahagia itu di saat kamu dan aku menjadi kita”, “Bahagia itu ketika melihat cewek-cewek cantik”, adapula yang menuliskan “Bahagia itu saat dosenku memberi tanda tangan skripsiku”, “Bahagia itu ketika kamu mencuri nomor handphone-ku”, dan masih banyak versi alayers-alayers lainnya.
           Terkait soal kebahagiaan, ternyata tidak sedikit orang merasakan penderitaan, termasuk Saya sendiri(penulis, red.). Orang yang sedang mengalami kesedihan tentu rasanya sakit, kesedihan seseorang bisa tampak dari raut muka, ada pula orang yang pintar menyimpan rasa sedih mereka dengan tidak menunjukkan raut muka yang sedih pula. Banyak juga contoh penderitaan yang dalam hal ini tidak perlu dijabarkan. Rasa sedih tentu termasuk dalam golongan penderitaan, walau sedikit banyaknya kesedihan yang dirasakan, namun mengintrospeksi diri itu perlu dilakukan bahkan merupakan hal yang menjadi kebutuhan pokok untuk asupan obat hati sehingga pribadi bisa mengenal kesalahan-kesalahan pola bersyukur, berpikir, berperilaku, berkata yang mungkin pernah dilakukan terhadap diri pribadi, Tuhan atau kepada orang lain.
       Introspeksi atau dengan kata lain mempertanyakan kembali apakah ada kemungkinan kesalahan diri baik terhadap diri sendiri, Tuhan, maupun orang lain. Introspeksi itu adalah obat untuk kembali kepada hal kesembuhan yaitu kembali dari rasa sakit menjadi normal, kembali dari hal buruk kemudian dirubah menjadi hal yang baik. Ketika fisik merasakan rasa sakit seperti luka, memar, nyeri, dan lain sebagainya juga perlu diobati agar kembali sembuh seperti semula. Begitu juga halnya dengan hati ketika sedih, maka perlu diobati. Bila setiap orang bisa belajar dari pengalaman pahit masa lalu, itu juga akan menjadi guru yang mengajarkan hati menjadi manis sekarang dan seterusnya. Hati adalah organ perasaan yang sangat sensitif, hati bisa mengendalikan segalanya. Jika hati itu buruk, maka yang akan dikendalikannya itu akan buruk pula. Fisik akan cepat berubah ketika kita larut dalam hati yang sakit, fisik juga akan menunjukkan gerak-geriknya secara refleks ketika kesedihan di dalam hati muncul kembali, walau terkadang rasa sedih itu tidak tampak lantas ditutupi dengan senyum manis di bibir. Oleh karenanya, di manapun dan kapanpun kita merasakan derita, mulailah untuk mengobatinya dengan merenungkan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan yang secara tidak sadar kita lakukan sebelumnya. Lakukanlah perenungan kesalahan setiap kesedihan datang, baik dengan cara bersyukur kepada Tuhan, merubah pola dan sikap hidup menjadi lebih baik, dan melakukan ibadah lebih baik lagi agar hati bisa menjadi baja yang sangat kuat saat diterpa musibah kesedihan, sekuat baja menahan panasnya api yang membakar. Bukankah Tuhan akan bersama orang-orang yang sabar dan suka mengintrospeksi? Jika Tuhan sudah senang terhadap hamba-Nya yang suka merenungi kesalahannya dan selalu memperbaikinya, bukankah Tuhan akan cinta dan memberikan balasan yang baik yang bisa disebut bahagia? Tentu saja jawabannya YA :)
Be happy forever!!


written by:  M. Akhirullah

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar